(Bukan) Makhluk IPK
Indah Kallosky
Cum Laude, sebuah prestise
tersendiri yang begitu banyak diharapkan oleh mahasiswa. Ya, benar, ketika
mahasiswa baru ataupun lama ditanya perihal harapan kedepannya mengenai
perkuliahan tentu tidak akan terlepas dari keinginan wisuda tepat waktu dan
harapan mendapat indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00 atau lulus dengan banyak
pujian. Keren bukan? Tentu, untuk mendapatkan nilai A disetiap mata kuliah
bukanlah hal yang mudah, masih ingat bukan? Bahwa ada harga yang harus dibayar
untuk sebuah perolehan! Sedikit gambaran, kamu harus mengerjakan tugas kuliah
dengan sungguh-sungguh, tidak boleh absen, mempersiapkan persentasi sebaik
mungkin, melakukan praktikum, menulis laporan, belajar hingga larut malam, mengikuti
serangkaian kegeiatan akademik, bahkan kamu harus rela mengeluarkan uangmu
untuk mengoleksi buku sebagai referensi setiap mata kuliah, dan itu semua harus
kamu lakukan tanpa terkecuali jika menginginkan nilai A, itu saja kalau dosen
mu care.
By the way, Sadar gak sih? Dengan rutinitas di atas hidup kalian bakalan monoton!
Kasarnya, kita diperbudak oleh angka, mengusahakan semuanya se-perfect mungkin entah bagiamanapun
caranya, padahal tidak menutup kemungkinan masih banyak dosen yang memberikan
nilai asal-asalan. Oke, saya tidak
berpihak pada siapapun! IPK merupakan indikator sejauh mana kita mampu memahami
materi perkuliahan dan IPK dalam ijaza nanti juga akan menjadi bukti otentik
yang menggambarkan kemampuan mu dalam menyerap materi. Jadi, tidak salah jika
kita sibuk memperjuangkan angka. But, sekarang
kita harus melihat dari sudut pandang yang berbeda, tentunya sebagai mahasiswa
kita tidak boleh menutup mata bahwa perubahan terjadi begitu cepat. Ketika saya
menyebutkan Bonus Demograsi, Literasi, Suistainable
Development Goals, Generasi Milineal, Megatrend Dunia, Visi Indonesia 2045,
Generasi Emas, Generasi Z dan yang terakhir surat dari tahun 2070, semoga
istilah-istilah ini sudah tidak asing lagi di telingga kita.
Kamu
tahu bukan? Kebutuhan pendidikan di abad 21 adalah kemampuan dalam problem solving bukan problem maker, team work, creativity, dan peka terhadap masalah serta memiliki higher order thinking skill. So, sebagai
mahasiswa kita harus mampu membaca keadaan jangka panjang atau prospect kedepannya, harus peka terhadap
masalah dan mampu menawarkan solusi bukan hanya sekedar menghamba pada angka,
berhentilah menjadi pondasi, kuat tapi hanya berhenti pada satu titik!
Ketahuilah, bahwa kehidupan baru di mulai ketika kamu berani keluar dari zona
nyaman. Saya tahu, kalau dengan rutinitas seperti ini saja kamu sudah mampu
mencapai target buat apa susah-susah keluar dari zona nyaman? Bukan maksud men-judge ataupun mempengaruhi agar kita
sepemikiran. IPK hanya akan mengantarkan mu sampai bangku wawancara (Anies Baswedan,
Mantan Menteri Pendidikan) dari kalimat ini dapat kita asumsikan menjadi banyak
hal. Pertama, Ketika IPK tidak memenuhi syarat dalam Job Vacancy maka kamu akan ditolak sebelum sampai bangku
wawancara. Di dunia ini tidak ada yang
menjamin kamu bakalan sukses yang ada
hanyalah kesempatan dan tergantung seberapa tingkat kepekaan mu dalam
memanfaatkan peluang tersebut. So, dengan IPK Cum Laude tanpa diimbangi soft skill dan life skill yang harusnya kamu kembangkan di dunia perkuliahan, kamu
hanya akan sampai bangku wawancara saja! Tidak sedikit bukan, sarjana yang
menganggur ataupun sarjana yang bekerja tidak sesuai jurusannya, Apalagi buat
kamu yang semakin ke sini semakin sadar kalau salah jurusan. hal ini
membuktikan bahwa waktu bisa merubah apapun kecuali kamu!
Masyarakat mu tidak butuh angka! Quote ini wajib kamu ingat dan kamu
maknai dalam-dalam, ketika kamu sudah terjun ke masyarakat atau kehidupan yang
sesunggunya, mereka tidak peduli berapa mata kuliah mu yang mendapat nilai A,
B, C dan berapa IPK mu. Mereka hanya perlu tahu, kalau kamu lebih bisa daripada
mereka, mereka hanya butuh aksi nyata dari pemikiran-pemikiran emas mu yang nota band nya kamu pernah menjadi
mahasiswa, mereka butuh ide-ide kreatif mu, dan butuh solusimu. Terlebih dari
semua itu, kemampuan tanpa kepercayaan adalah hampa. Kesimpulannya, berhentilah
menjadi budak angka yang hanya mengorbankan waktu mu demi IPK, Indikator
mahasiswa cerdas tidak sedangkal itu sayang! Salam Generasi Wacana!