FORUM ASPIRASI MAHASISWA NGRAYUN
PONOROGO (FAMN)
A.
Sebuah Cita-Cita
Mahasiswa sebagai salah satu simbol golongan insan cerdik
cendekia menjadi komponen penting dalam struktur sosial di masyarakat.
Keberadaannya diharapkan menjadi gerbong pendobrak menuju kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik melalui pendidikan dan keterampilan dalam berbagai
macam bidang pengetahuan yang dibuka di perguruan tinggi. Selain itu, peran
yang tidak kalah penting dari mahasiswa adalah gelar agent of change yang
disematkan kepadanya. Hal ini menemukan momentumnya ketika suksesnya gerakan
mahasiswa Indonesia 1998 yang mampu menumbangkan rezim otoritarian yang
memegang status quo saat itu. Inilah peran mahasiswa yang oleh Antonio Gramsci
disebut sebagai “intelektual organik”, yaitu seseorang yang dapat memberikan
kesadaran homogenitas bagi kelompoknya dan kelompok lain. Seorang intelektual
organik harus merupakan seorang pioner, organisator, dan pejuang militan.
Dimana semua diorientasikan lebih mementingkan kepentingan sosial di atas
kepentingan pribadi. Posisi ini menempatkan mahasiswa menjadi komponen
masyarakat yang memiliki tanggung jawab besar dalam melakukan pembacaaan
terhadap realitas sosial dan melakukan perbaikan-perbaikan menuju perubahan
tatanan sosial yang lebih baik.
Kepedulian mahasiswa terhadap nasib
bangsanya dengan banyak melakukan aksi-aksi sosial pada level nasional maupun
regional juga harus dilengkapi dengan kepeduliannya terhadap nasib daerahnya
sendiri di mana ia berasal dan tinggal. Sangat naïf apabila seseorang banyak berkontribusi secara
nasional, akan tetapi tidak memperhatikan nasib masyarakat di daerahnya
sendiri. Hal inilah yang mengetuk hati kawan-kawan mahasiswa yang berasal dari kecamatan Ngrayun. Mereka yang berada di daerah kota
ataupun luar kota kecamatan Ngrayun untuk menimba ilmu di Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta (PTS), mengikat diri dengan latar
belakang persamaan daerah kelahiran atau persamaan letak geografis dalam sebuah
Mahasiswa Se-Ngrayun. Melalui FAMN ini para generasi muda NGRAYUN
mengikatkan diri dalam persaudaranan yang erat sebagai sesama perantau di kota
maupun di luar kota juga luar negeri. Dengan latar belakang persamaan itu,
mereka melakukan komunikasi intensif dengan mencari informasi tentang
mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari NGRAYUN, sampai pada akhirnya membentuk
perkumpulan dan diresmikan dalam wadah Organisasi. Organisasi tersebu bersifat sebagai ajang
perkumpulan rutin pengisi waktu luang saja dan pada level yang lebih rumit, Organisasi tersebut melakukan pengkaderan
sistematis dengan program-program yang menyentuh langsung pada Mahasiswa, sesuai dengan keterampilan yang
dimiliki dan latar belakang kampus masing-masing.
Di
beberapa daerah NGRAYUN, telah dibentuk beberapa ORGANISASI ataupun KOMUNITAS yang telah aktif cukup
lama. FAMN ini merupakan wujud cita-cita luhur dari generasi muda Ngrayun untuk
berkontribusi terhadap daerah kelahirannya dalam bentuk berbagai macam kegiatan
positif yang dilakukan. Melalui Organisasi seperti ini, peran nyata individu
akan lebih termobilisasi dengan baik sehinga menghasilkan peran-peran yang
lebih banyak serta dapat dirasakan oleh masyarakat.
B.
Nilai-Nilai Positif Terbentuknya
FAMN
Sebagai salah satu
bentuk pengabdian terhadap tempat kelahiran, FAMN memiliki nilai-nilai
positif dan bermanfaat. Pertama, FAMN Ngrayun sebagai wadah persaudaraan
sesama mahasiswa yang senasib sepenanggungan di kota. Adanya Organisasi ini akan semakin memperbanyak
relasi sesama teman satu daerah. Dalam Islam, persaudaraan begitu ditekankan
dalam hubungan sesama manusia, sebagaimana dalam al-Qur’an surat Al-Hujurat
(49): 13, dijelaskan: “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal…….”. Potongan arti ayat ini menyiratkan kita untuk mencari
teman atau relasi sebanyak-banyaknya dalam ikatan persaudaraan yang kokoh.
Adanya FAMN akan semakin mempererat jalinan persaudaraan sesama saudara Ngrayun,
yang dahulu tidak pernah kenal, melalui wadah ini di harapkan dapat saling berinteraksi dan
mengenal satu sama lain. Kedua, wadah Organisasi ini menjadi sarana pengabdian mahasiswa
Ngrayun kepada bumi kelahirannya. Ini sejalan dengan salah satu tri dharma
perguruan tinggi, yaitu fungsi pengabdian masyarakat. Kalau di perguruan tinggi
bentuk pengabdian msyarakat yang dilakukan dalam bentuk KPM (Kuliah Pengabdian Masyarakat) adalah tuntutan kewajiban kampus
yang implikasinya pada kelulusan, sedangkan di Organisasi Ngrayun pengabdian masyarakat merupakan panggilan jiwa dari putra-putri daerah Ngrayun
yang memang sudah seharusnya berkontribusi kepada bumi tempat kelahirannya. Ketiga,
FAMN yang beranggotakan mahasiswa perguruan tinggi merupakan ujung tombak
pengembangan ilmu pengetahuan di kecamatan Ngrayun. Melalui kemampuan metodologi
penelitian, mahasiswa asal Ngrayun dapat melalukan aksi-aksi sosialnya
berlandaskan ilmu pengetahuan. Aksi sosial yang dibentuk dengan berbasis pada
intelektualitas akan dapat tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat. Di
samping itu, keberhasilan para anggota FAMN ini dapat ditularkan pula kepada
para juniornya yang masih duduk di bangku sekolah, agar sejak dini lebih dapat
mempersiapkan diri untuk belajar di perguruan tinggi ternama dengan bimbingan
para seniornya tersebut. Keempat, terbentuknya FAMN ini memberikan
informasi peluang karir tersendiri kepada para anggotanya. Sebagai mahasiswa,
sudah barang tentu tujuan akhirnya adalah dapat berkiprah di dunia kerja sesuai
dengan bidang keahlian yang dipelajari di perguruan tinggi tanpa
mengesampingkan peran sosialnya. Interaksi yang terjalin di FAMN ini akan
semakin memperkaya informasi para anggotanya akan adanya peluang kerja yang
dapat dimanfaatkan, baik di daerah NGRAYUN sendiri atau di luar wilayah Ngrayun.
Setelah para alumninya dapat berkiprah di dunia kerja, maka peluang-peluang itu
akan dapat dimanfaatkan pula kepada para juniornya yang masih harus menjalankan
roda Organisasi, begitu
pula seterusnya. Nilai-nilai ini harus diinternaslisasikan di setiap FAMN dan
menjadi landasan di tiap kegiatannya.
C.
Ekses-Ekses Negatif di FAMN Ngrayun
Berdirinya berbagai Ormada Ngrayun di tiap kampus tidak
dapat dupungkiri juga menimbulkan ekses-ekses negatif yang jika terus dibiarkan
dalam jangka panjang akan berdampak buruk. Beberapa ekses negatif selama ini
dapat di kelompokkan ke dalam tiga masalah. Pertama
adalah masalah perbedaan kultur kampus. Pengelolaan kampus dalam dua pintu
kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan Tinggi (dulu Kemendiknas) dan
Kementerian Agama menjadikan beberapa perguruan tinggi yang berada di dua
naungan kementerian tersebut memiliki paradigma ilmu pengetahuan yang berbeda.
Perbedaan institusional tersebut juga berimbas pada cara berpikir para
mahasiswanya, dan bahkan pola hidupnya. Mahasiswa NGRAYUN pun terpolarisasi
dalam dua paradigma ilmu pengetahuan ini, dimana perguruan tinggi umum yang
dikelola Dikti cenderung meganggap ilmu pengetahuan itu bebas nilai (value
free) sebagai adopsi dari world view Barat, sehingga seakan-akan
tidak ada campur tangan agama di dalam ilmu pengetahuan. Disisi lain
kampus-kampus agama di bawah naungan Kemenag sedang gencar-gencarnya
menggalakkan Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Islamization of knowledge)
yang menentang keras sekularisasi dan paham ‘ilmu bebas nilai’.
Dalam
bentuk yang ekstrim, kedua paradigma ini menjadikan FAMN di kedua jenis kampus
ini tidak mau melakukan interaksi yang terbuka dan cenderung menutup diri hanya
pada internal FAMN-nya
saja. Kedua, masalah gengsi antar kampus. Dalam pergaulan, biasanya
terdapat perbedaan yang tajam antara mahasiswa yang kuliah di kampus negeri dan
swasta, antara kampus besar dan kampus kecil, dan antara kampus mahal dan
kampus murah. Kampus yang ternama mensiratkan para mahasiswanya adalah
orang-orang yang cerdas, ber-IQ tinggi, profesional, tergolong kalangan
menengah ke atas dan sebagainya. Sedangkan kampus yang kebih inverior terkesan
mahasiswanya kurang cerdas, IQ-nya lemah, tidak profesional dan masuk kalangan
menengah ke bawah secara ekonomi. Tidak dapat dipungkiri, pandangan dan gelagat
seperti ini banyak ditemui di kalangan mahasiswa, yang menjadikan FAMN NGRAYUN
terpolarisasi dalam dua model kampus yang berbeda ini. Ketiga, adalah
adanya sentimen ideologis dan politis dari gerakan mahasiswa yang berkembang di
dunia kampus.
FAMN
adalah perkumpulan mahasiswa yang terdiri dari lintas agama, lintas ideologi
dan lintas pandangan politik. Ketika berada dalam naungan FAMN yang diikat oleh
persamaan nasib yaitu sama-sama menimba ilmu di perguruan tinggi luar kota
dan lahir di daerah yang sama, maka
berbagai warna bendera yang menjadi identitas setiap individu mahasiswa harus
dilebur jadi satu dalam FAMN dengan visi yang sama, yaitu persaudaraan dan
pengabdian. Latar belakang perbedaan tersebut justru harus dijadikan kekayaan
sumber daya para anggota FAMN yang sangat bermanfaat bagi berjalannya Organisasi. Jika di dalam tubuh FAMN ini ada motif ideologis dan politis
yang sengaja disebarkan, maka akan menyebabkan kehancuran FAMN sendiri di masa
mendatang.
D.
Menghapus Perbedaan Menyemai
Kebersamaan
Beberapa
ekses di atas harus segera dicarikan solusinya dan jangan dibiarkan terus
berlarut-larut. Segala ekses negatif di atas dapat diminimalisir dan bahkan
dihapus dengan jalan tiap FAMN di
internal kampus yang memiliki beragai macam nama itu mau untuk membuka
diri dan berdialog dengan FAMN sejenis di kampus lainnya. Membuka diri berarti
bersedia untuk menerima kritik dan saran yang membangun bagi Organisasi, baik yang berasal dari internal
organisasi atau dari luar. Kemudian membiasakan mangadakan forum-forum dialog
antar FAMN dari kampus-kampus yang berbeda. Dari komunikasi tersebut akan ada
saling share kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga satu sama
lain dapat saling belajar memperbaiki kekurangannya. Proses dialog yang intens
perlahan-lahan akan dapat mengurangi ekses-ekses negatif di atas. Bentuk forum
komunikasi ini menjadi model yang akan dikembangkan ke depan, walaupun di
dalamnya masih banyak kekurangan. Secara internal, FAMN di tiap kampus memiliki
wadah sendiri dengan nama-nama yang berbeda dan menjalankan program
organisasinya, Demikian seterusnya,
forum tersebut dibentuk di kota yang di sana banyak terdapat mahasiswa asal NGRAYUN,
sampai pada level nasional maupun internasional. Akan tetapi semuanya masih
terhenti pada tataran gagasan, oleh karena itu yang dibutuhkan sekarang ini
adalah aksi tindakan nyata untuk merealisasikan hal itu.
E.
Kerjasama dengan Pemerintah
Kecamatan Ngrayun
Solidaritas FAMN baik di internal dan eksternal kampus yang
sudah terjalin harus di sertai dengan kejelian membaca peluang yang ada.
Peluang-peluang yang dimaksud di sini adalah adanya kebijakan maupun
program-program dari pemerintah pusat, pemerintah propinsi, Pemerintah kabupaten ponorogo maupun pemerintah Kecamatan sendiri. Dari
program-program tersebut dicari yang berhubungan dengan kegiatan sosial bagi
masyarakat Ngrayun, terutama yang membutuhkan. Apabila di dalam program-program
tersebut terdapat peluang kerja sama, maka itu dapat dilakukan, yaitu bekerja
sama antara FAMN Ngrayun
dengan dinas pemerintah terkait untuk melakukan program kegiatan secara
bersama. Apabila kesepakatan kerjasama itu berhasil, maka FAMN Ngrayun akan mendapatkan bantuan fasilitas
dan dana yang memadai. Selama ini, hubungan dengan dinas terkait hanya sebatas
koordinasi, belum sampai pada kerja sama yang serius. Seperti pameran
pendidikan maupun bakti sosial, masih dalam batas berkoordinasi dengan dinas
pendidikan dan dinas sosial. Oleh sebab itu, diperlukan langkah yang real
untuk menuju ke arah kerja sama, yaitu dengan melakukan audiensi atau forum
bersama antara semua FAMN Ngrayun dengan Pemerintah kecamatan Ngrayun,
dimana di sana dijelaskan program-program FAMN Ngrayun selama se-periode yang dicocokkan
dengan program pemerintah, dan mencari peluang-peluang kerja sama yang dapat
dilakukan.
F.
Menyiapkan Wadah Lanjutan
Hal lain
yang perlu dilakukan adalah menyiapkan wadah lanjutan bagi para alumni FAMN
tersebut. Selepas menimba ilmu di perguruan tinggi, kesibukan para alumni
FAMN ini adalah masuk di dunia kerja.
Mereka banyak yang berkarir di dalam wilayah sendiri dan ada yang memilih
berkarir di luar Ngrayun.
Di dalam wilayah Ngrayun,
mereka dapat memanfaatkan jaringan alumni Organisasi ini untuk berkarir dan bersama
melakukan kiprah sosial dengan mendirikan sendiri Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) di Ngrayun,
atau masuk pada Ormas-Ormas agama ataupun sosial yang sudah ada. Di mana
semuanya diorientasikan untuk melanjutkan peran sosial dan pengabdian kepada
daerah kelahiran. Sedangkan bagi para alumni FAMN Ngrayun yang berada di luar kota yang kebanyakan kota-kota besar dapat masuk pada organiasi paguyuban
ponorogo yang sudah ada, atau yang belum ada dapat mendirikannya. Setelah
berkiprah di Ormada Ngrayun
selama menjadi mahasiswa, maka wadah selanjutnya adalah masuk dalam perkumpulan
warga Ngrayun yang
berada dalam perantauan.
Jaringan antara FAMN dan paguyuban warga asal Ngrayun ini dapat menjadi sarana untuk
memberikan kiprah pengabdian bagi Ngrayun, meskipun mereka berada di luar wilayah Ngrayun. Demikian terus selanjutnya dari
generasi ke generasi, melestarkikan persaudaraan, sukses bersama dan memberikan
peran bersama sekecil apapun bagi kebaikan daerah dan masyarakat Ngrayun.
wassalamualaikum warohmatullahi
wabarakatu
Ngrayun, November 2017
Forum
Aspirasi Mahasiswa Ngrayun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar